Popular Post

Archive for Juni 2013

"Lima Menit Lagi" (Bagus Banget, Tolong Dibaca Yah)

By : Unknown
Ada seorang nenek yang duduk di dekat seorang pria. Mereka sedang mengamati anak dan cucunya bermain di taman kota.

“Lihatlah, gadis kecil yg berbaju kuning, itu cucuku,” kata sang nenek sambil menunjuk ke arah gadis kecil yang sedang bermain ayunan.

“Wah cantik sekali cucu anda,” jawab pria itu.

“Anda lihat anak laki-laki yang sedang bermain pasir mengenakan jaket berwarna cokelat? Dia anakku,” ujar pria itu.

Sambil memandangi jam tangannya, pria itu memanggil anaknya dan menyuruhnya untuk segera pulang.

“Ayah, beri aku waktu lima menit lagi ya. Aku belum puas bermain,” kata anaknya dengan wajah memelas.

“Baiklah, lima menit lagi,” jawabnya.

Sang anak kembali bermain pasir dengan riangnya. Lima menit kemudian, pria itu berdiri dan memanggil anaknya kembali, “Nak, ayo pulang, sudah lima menit berlalu.”

Lagi-lagi anaknya memohon, “Ayah, lima menit lagi ya. Kan hanya lima menit saja. Boleh ya, ayah.”

Pria itu hanya menggangguk menyetujui permintaan anaknya.

“Wah, anda ternyata seorang ayah yang sabar ya,” kata nenek itu.

Pria itupun terseyum kecil lalu menjawab, “Anak sulungku terbunuh oleh sopir yang ugal-ugalan saat sedang bermain di taman. Aku tidak pernah mempunyai waktu yang cukup untuk menemainya bermain.

Untuk sekarang ini, aku akan memberikan seluruh waktuku yang ada untuk anakku meskipun hanya lima menit lagi. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yg sama. Mungkin bagi anakku, dia mendapat bonus waktu lima menit untuk bermain pasir, bermain ayunan dan bermain yang lainnya. Padahal sesungguhnya akulah yang mendapat waktu tambahan untuk bisa terus melihatnya bermain, menikmati kebersamaan dan melihat canda tawanya.”

Hidup ini bukanlah suatu perlombaan. Hidup adalah tentang membuat skala prioritas. Prioritas apa yang kita miliki saat ini? Berikanlah pada seseorang yang kita kasihi, terutama sekali pada keluarga. lima menit saja dari waktu yang kita miliki dan kita pastilah tidak akan menyesal selamanya.

Lengan dan Kaki untuk Yang Lain"

By : Unknown
"Lengan dan Kaki untuk Yang Lain"

Bob Butler kehilangan kakinya dalam sebuah ledakan ranjau darat di Vietnam tahun 1965. Ia kembali ke rumah sebagai pahlawan perang. Dua puluh tahun kemudian, ia membuktikan sekali lagi bahwa kepahlawanannya berasal dari hati.

Butler sedang bekerja di garasi rumahnya di sebuah kota kecil di Arizona, Amerika Serikat saat musim panas, ketika ia mendengar jeritan seorang wanita dari sebuah rumah di dekatnya. Ia mulai menggulirkan kursi rodanya menuju rumah, tetapi semak-semak rimbun tidak bisa membuatnya masuk melalui pintu belakang. Lalu ia turun dari kursi rodanya dan mulai merangkak melewati sampah dan semak-semak.

“Aku harus ke sana,” katanya. “Tidak peduli betapa sakitnya.” Ketika Butler tiba di kolam renang ada seorang gadis tiga tahun, Stephanie Hanes, tercebur ke dalamnya. Ia lahir tanpa lengan dan jatuh ke dalam air, padahal tidak bisa berenang. Ibunya berdiri berteriak panik.

Butler terjun ke dasar kolam dan membawanya naik. Wajahnya membiru, tidak ada denyut, dan tidak bernapas. Butler segera melakukan pernapasan buatan untuk mencoba membuatnya bernapas kembali. Sementara, ibu Stephanie menelepon paramedis, yang segera keluar memenuhi panggilannya. Karena tak berdaya, ia menangis dan memeluk bahu Butler.

Butler melanjutkan memberikan napas buatan, dan dengan tenang meyakinkan si ibu. Jangan khawatir, katanya. “Saya sudah menjadi tangannya untuk keluar dari kolam renang. Kini, saya menjadi paru-parunya. Mari, kita bersama-sama membuatnya.”

Beberapa detik kemudian gadis kecil itu batuk-batuk, sadar kembali, dan mulai menangis. Sang ibu langsung memeluk anaknya. Sambil berpelukan, ibu Stephanie bertanya kepada Butler bagaimana ia tahu kalau anaknya akan baik-baik saja.

“Saya tidak tahu,” katanya. “Tapi ketika kaki saya meledak di medan perang, saya sendirian. Tidak ada seorang pun di sana yang membantu saya, kecuali seorang gadis Vietnam. Ia berjuang menyeret saya ke desanya, ia berbisik dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah, ‘Tidak apa-apa. Anda dapat hidup lagi. Saya akan menjadi kaki Anda. Bersama-sama kita buat itu.’

Kata-kata itulah yang membawanya harapan bagi jiwa saya dan saya ingin melakukan hal yang sama untuk Stephanie.“

Ada saat-saat ketika kita tidak bisa berdiri sendiri. Ada saat-saat ketika kita membutuhkan seseorang untuk menjadi kaki kita, tangan kita, teman kita. Tetapi ada saatnya juga kita menjadi kaki atau tangan bagi orang lain. Pastikan hidup kita berguna antara satu dengan yang lainnya.

Sumber: Angie Devita (Manado)

++++++++

JANGAN LUPA UNTUK LIKE -> SL-Books

http://www.facebook.com/SL.Buku

"Masih Banyak Orang Baik" (Berdasarkan Kisah Nyata)

By : Unknown


Suatu hari saya naik angkutan kota dari Darmaga menuju Terminal Baranangsiang, Bogor. Pengemudi angkot itu seorang anak muda. Didalam angkot duduk 7 penumpang, termasuk saya. Masih ada 5 kursi yang belum terisi.

Di tengah jalan, angkot-angkot saling menyalip untuk berebut penumpang. Tapi ada pemandangan aneh. Di depan angkot yang kami tumpangi, ada seorang ibu dengan tiga orang anak remaja berdiri di tepi jalan. Tiap ada angkot yg berhenti dihadapannya, dari jauh kami bisa melihat si ibu bicara kepada sopir angkot, lalu angkot itu melaju kembali.

Kejadian ini terulang beberapa kali. Ketika angkot yg kami tumpangi berhenti, si ibu bertanya: "Dik, lewat terminal bis ya?" sopir tentu menjawab "ya".

Yang aneh si ibu tidak segera naik. Ia bilang "Tapi saya dan 3 anak saya tidak punya ongkos." Sambil tersenyum, sopir itu menjawab, "Gak pa-pa Bu, naik saja," ketika si Ibu tampak ragu-ragu,sopir mengulangi perkataannya "Ayo bu, naik saja, gak apa apa."

Saya terpesona dengan kebaikan Supir angkot yang masih muda itu, di saat jam sibuk dan angkot lain saling berlomba untuk mencari penumpang, tapi si sopir muda ini merelakan 4 kursi penumpangnya untuk si ibu dan anak-anaknya.

Ketika sampai di terminal bis, 4 penumpang gratisan ini turun. Si Ibu mengucapkan terima kasih kepada Supir. Di belakang ibu itu, seorang penumpang pria turun lalu membayar dengan uang Rp.20.000.

Ketika supir hendak memberi kembalian (ongkos angkot hanya Rp.4 ribu). Pria ini bilang bahwa uang itu untuk ongkos dirinya dan empat penumpang gratisan tadi. "Terus jadi orang baik ya, Dik," kata pria tersebut kepada sopir angkot muda itu.

Sore itu saya benar-benar dibuat kagum dengan kebaikan-kebaikan kecil yang saya lihat. Seorang ibu miskin yang jujur, seorang Supir yang baik hati dan seorang penumpang yang budiman. Mereka saling mendukung untuk kebaikan.

Andai semua orang bisa saling mendukung untuk melakukan kebaikan maka dunia akan menjadi seperti surga dan sumber berkah bagi banyak orang. Semoga demikianlah adanya

Sumber: Elix Wilbert

++++++++

JANGAN LUPA UNTUK LIKE -> SL-Books

http://www.facebook.com/SL.Buku

- Copyright © blognya kiandra fhaenda - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -